Rabu, 22 Februari 2017

"TENTANG KAMU" Tere Liye dan PULAU BUNGIN SUMBAWA (belajar melalui sebuah novel)

Seingat ku .... novel "Tentang Kamu" nya Tere Liye itu dibeli di bulan Januari 2017, kangen banget waktu itu sama Gramedia .... dan ... tiba-tiba jatuh hati pada "Tentang Kamu", secara aku tahu kalo novel ini salah satu best seller nya bang Darwis Tere Liye.
Ceritanya banyakan narasi ... tapi tidak membosankan ... novelnya cukup tebel .. 33 bab dengan 523 halaman ( tapi ah masih kalah tebel dengan novel "Candi Murca" nya LKH yang sampe 1000 lebih halaman ).
Bab 1, terselesaikan dengan hati "biasa-biasa" aja.
Bab 2 and seterusnya .... nyampe lah di bab 32 ..... huuuaaaah .....air mata tumpah kayak hujan ( ah lebay ). I love it !!! Aku emang suka dengan segala sesuatu yang "menyentuh-nyentuh" gitu.

Novel ini menceritakan tentang Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara asal Indonesia yang bekerja di salah satu firma hukum terkenal di London. Zaman mendapat tugas untuk menyelidiki siapa pewaris harta dari klien yang bernama Ibu Sri Ningsih berkewarganegaraan Inggris tetapi berasal dari Indonesia. Ibu Sri meninggal di sebuah panti jompo dan meninggalkan warisan yang benar-benar fantastis jumlahnya .... 19 trilyun rupiah .... WOW .... dan tidak meninggalkan surat wasiat apapun, kecuali berita tentang meninggalnya beliau.
Tugas berat yang di emban oleh Zaman ... dan inilah yang membawa Zaman Zulkarnaen akhirnya sampai ke Pulau Bungin, sebuah pulau di kecamatan Alas Sumbawa Nusa Tenggara Barat ( kata temen ku yang orang Sumbawa ... jarak pulau Bungin dari tempat beliau sekitar 20 menitan lah ).

Pulau Bungin itu ternyata pulau terpadat di dunia, dan .... kambing nya itu lho makan nya kertas, kain ..pokoknya bukan rumput ..karena gak ada tanah lagi yang tersisa, jadi kalo mau bangun rumah di Pulau Bungin ya mesti me-reklamasi pulau dulu, menguruknya dengan batu karang, pulau ini tidak memiliki garis pantai lagi karena telah dipenuhi dengan rumah-rumah untuk tempat tinggal, luas pulaunya ya sekitar 8,5 hektaran gitu lah, duuuh ... kebayang gak sih ya . tinggal di sana.   

 Penduduk harus mereklamasi pantai untuk tempat tinggal di pulau Bungin

Sebagian besar penduduk pulau Bungin itu berasal dari suku Bajo Sulawesi Selatan, mereka tiba ke pulau Bungin sejak lebih sekitar 200 tahun yang lalu ( info sejarah ). Yaah ... banyak lah dilema tinggal di pulau Bungin, salah satunya masalah penambahan lahan untuk membuat rumah dengan menggunakan karang yang biasa dilakukan oleh penduduk akan berdampak pada ekosistem. Sebenarnya masyarakat Bajo memiliki larangan untuk merusak terumbu karang. Dulu ada pamali  tentang "batu membentur batu" artinya nelayan tidak boleh melabuhkan jaring, pemberat ke terumbu karang agar tidak rusak. Tetapi .... apalah arti sebuah larangan, petuah, atau apapun sebutan nasihat orang-orang tua zaman dahulu, karena seiring dengan perjalanan waktu, keterdesakan, populasi meningkat, lahan yang semakin kurang, dulunya hanya karang-karang mati saja yang diambil, tetapi lambat laun karena stok karang terbatas maka karang-karang hidup pun di ambil untuk mereklamasi.
Dan untuk menghindari kerusakan karang, maka ada inisiatif untuk menggunakan pasir putih, tetapi lagi-lagi terkendala dengan kebijakan pemerintah tentang larangan reklamasi atas pertimbangan kondisi lingkungan. Selain  masalah kekurangan lahan, sampah dan sanitasi juga merupakan masalah yang utama. Hidup berdesakan di pulau Bungin tampaknya akan terus terjadi karena suku Bajo yang tinggal di pulau tersebut mempunyai keterikatan dengan tanah kelahirannya, sehingga jarang sekali masyarakat suku Bajo yang merantau ke luar pulau.

                     Ini nih ... si kambing mau-maunya ya makan kertas

Oke .... demikian sekelumit tentang pulau Bungin di Sumbawa ( kalo aku gak baca novel ini ... aku gak tahu tuh tentang pulau Bungin ). 

Lanjuut ke novel Tere Liye  .....
Kisah hidup Sri Ningsih sangatlah luaaar biasa, wanita lugu, kampungan yang bersekolah di sebuah pesantren yang berhasil bangkit dari kemauan kuat belajar dan belajar. Penelusuran Zaman tentang kehidupan Ibu Sri NIngsih membuat Zaman belajar tentang arti cinta, persahabatan juga kesabaran. Bahwa kita .... bisa melakukan apapun dengan kondisi yang menyakitkan sekalipun. Semua tergantung kita, kebencian orang lain bukan justru menjadikan kita patah, kita marah, tetapi justru kebencian lah yang mengajarkan bahwa kita harus bersabar, balas dengan senyuman, selalu berprasangka baik. Itu sih pesan moral aku tangkap dari hidup Ibu Sri Ningsih.

So ... jadi di sini ... di sebuah novel "Tentang Kamu" Tere Liye, banyak pembelajaran yang bisa kita serap, misalnya kita tahu tentang kondisi geografi, sosial ekonomi sebuah pulau yang bernama Bungin, juga .... pesan moral yang dapat kita contoh dari kehidupan seorang wanita yang bernama Ibu Sri Ningsih, aduuh ... gak rugi lah ya kalo mesti baca buku ini berulang-ulang, lagi dan lagi ..... 



 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar